A.
Perbedaan
Individu
a.
Ciri dan sifat individu
Ciri dan sifat individu yang satu berbeda dengan
individu lainnya.perbedaan ini di sebut perbedaan individu atau perbedaan
individual, yang menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada asfek
fisik maupun psikologis.
Secara umum, perbedaan individual
yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah
faktor-faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran karena
perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan
individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata
bertujuan untuk mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam
kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat yang bervariasi.
b. Bidang-bidang perbedaan.Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut :
1. Perbedaan
fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan
sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan
kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan
inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara
esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan
kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah
sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan
berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya berbeda-beda antara
manusia satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh
terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat
diamati adalah bahwa mereka menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu
dibandingkan dengan orang lain. Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang
seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olah raga dan keterampilan,
sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan
i.
Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal
sebagai taxonomy Bloom, yaitu
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ii.
Perbedaan Individual dalam Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat
penting dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa
berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi
oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor-faktor lain yang juga
penting antara lain adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
iii.
Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh
saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Alat indera menerima rangsangan,
rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak)
untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi
dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan
fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan
kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat
terhadap kecakapan motorik masing-masing, dan dengan demikian kecakapan
motorik setiap individu akan berbeda-beda pula.
iv.
Perbedaan dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat mana pun,
perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat
memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk
menguasai bahan pelajaran. Latar belakang keluarga, baik dilihat dari segi
sosioekonomi maupun sosiokultural adalah berbeda-beda. Demikian pula
lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik akan
memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
v.
Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan
dan pemupukan secara tepat.
Perkembangan bakat dimiliki siswa secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan faktor dari hampir semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performasi, namun hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan belum terkait dengan beberapa bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni, dan olah raga. Hasil tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasilan atau kemampuan bidang akademik.
vi.
Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap belajar. Perbedaan latar belakang yang meliputi perbedaan
sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak.
Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat
kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam
hal ini pelajaran di sekolah. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan individu
itu tidak saja disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetapi juga
oleh keragaman dalam latar belakang sebelumnya.
B.
Pertumbuhnan dan Perkembangan Individu
a.
Makna pertumbuhan
Makna pertumbuhan sering diartikan sama dengan
perkembangan sehingga kedua istilah itu penggunaannya seringkali
dipertukarkan (interchange) untuk
makna yang sama. Untuk memberi gambaran bahwa makna pertumbuhan dibedakan
dari makna perkembangan, secara singkat disajikan yaitu bahwa istilah
pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif
mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk
perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek
sosial.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan
fisik dan perkembangan nonfisik yang memiliki aspek-aspek intelek, emosi,
sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.
C.
Aspek-aspek
pertumbuhan dan perkembangan individu
i.
Pertumbuhan
Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi
lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir
hingga ia dewasa.
a.
Pertumbuhan Sebelum Lahir
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya
organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk sistem yang
lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin diakhiri saat kelahiran.
Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan
saraf masing-masing komponen biologis telah mampu berfungsi secara mandiri.
b.
Pertumbuhan Setelah Lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan
kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir. Proses pertumbuhan fisik manusia
berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam pertumbuhannya,
ukuran panjang badannya akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya. Sejak
lahir sampai dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan individu, dari
pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia
(kehidupan sebelum lahir atau pranatal) sampai dengan proporsi yang ideal di
masa dewasa.
Meskipun ada kenyataan bahwa daur pertumbuhan fisik dapat
diramalkan, namun terjadi pula keanekaragaman. Seperti dikemukakan oleh Jonhston.
“Jadwal waktu pertumbuhan fisik anak sifatnya sangat individual” (Hurlock,
1991:114).
Gejala yang tampak pada aspek fisik
sebagai perwujudan dari adanya perkembangan dalam diri individu, antara lain:
a.
Pertumbuhan
payudara pada wanita.
b.
Lekum pada
remaja pria.
c.
Kulit yang
makin halus pada wanita.
d.
Otot yang
makin kasar dan kekar pada pria.
ii.
Intelek
Intelek
atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena
pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual
yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berpikir, dipengaruhi oleh
kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.
Perkembangan
lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukkan pada perilakunya,
yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu berarti telah
mendapatkan proses mempertimbangkan atau yang lazim dikenal dengan proses
analisis, evaluasi, sampai dengan kemampuan menarik kesimpulan dan keputusan.
Perkembangan kemampuan berpikir semacam ini dikenal pula sebagai perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif seseorang menurut Piaget (Sarlito,
1991: 81) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut.
1.
Tahap
pertama : Masa sensori motor (0 – 2,5 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem penginderaan dan
aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya.
2.
Tahap
kedua
: Masa pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan
simbol yang mewakili suatu konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat;
misalnya seorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan (dapat)
bermain “dokter-dokteran”.
3.
Tahap
ketiga : Masa konkreto prerasional (7,0 – 11,0 tahun)
Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu :
a.
identifikasi : mengenali sesuatu
b.
negasi : mengingkari sesuatu, dan
c.
reprokasi : mencari hubungan timbal-balik antara beberapa
hal
4.
Tahap
keempat : Masa operasional (11,0 – dewasa)
Dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu
berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang bisa memperkirakan
apa yang mungkin terjadi.
Gejala yang tampak sebagai perkembangan
individu dalam aspek intelek, antara lain:
a.
Perubahan
secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kemampuan anak dalam mengatasi
berbagai masalah. Perubahan secara kuantitatif berarti semakin banyak hal
yang dapat diatasi. Perubahan kualitatif berarti semakin dapat mengatasi
hal-hal yang lebih sulit.
b.
Semakin
berkurangnya berpikir konkret dan berkembangnya berpikir abstrak. Berpikir
konkret adalah berpikir yang terikat pada bendanya dan sangat memerlukan
bantuan alat peraga jika benda aslinya tidak ada, sedangkan berpikir abstrak adalah
berpikir yang tidak terikat pada bendanya.
c.
Semakin
berkembangnya kemampuan memecahkan masalah yang bersifat hipotetis. Artinya,
semakin mampu membuat perencanaan, penaksiran, atau bahkan perkiraan
kecenderungan sesuatu dimasa yang akan datang.
iii.
Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus
dimiliki oleh manusia. Kebutuhan setiap orang dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut ada yang primer dan sekunder. Jika kebutuhan itu tidak segera
dipenuhi maka seseorang akan merasa kecewa, dan sebaliknya jika
kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan baik, maka ia akan senang dan
puas. “Kecewa”, “senang” dan “puas” merupakan gejala perasaan yang mengandung
unsur senang dan tidak senang.
Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan
atau perilaku fisik. Seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara
keras, atau tingkah laku yang lain. Begitu juga sebaliknya seorang yang
gembira akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar, dan sebagainya.
Gejala yang
tampak sebagai perkembangan pada aspek emosi ini, antara lain:
a.
Ketidakstabilan
emosi pada anak remaja.
b.
Mudahnya
menunjukkan sikap emosional yang meluap-luap pada remaja seperti mudah
menangis, mudah marah, dan mudah tertawa terbahak-bahak.
c.
Semakin mampu
mengendalikan diri.
iv.
Sosial
Bayi
lahir dalam keadaan yang sangat lemah. Ia tidak akan mampu hidup terus tanpa
bantuan orang lain. Manusia lain, terutama ibunya, akan membantu bayi yang
baru lahir itu untuk dapat hidup terus. Jadi bayi, begitu juga setiap orang,
memerlukan orang lain. Dengan perkataan lain, dalam proses pertumbuhan setiap
orang tidak dapat berdiri sendiri. Setiap manusia memerlukan lingkungan dan
senantiasa akan memerlukan manusia lainnya.
Gejala yang tampak sebagai
perkembangan pada aspek sosial, antara lain:
a.
Semakin berkembangnya
sifat toleran, empati, memahami, dan menerima pendapat orang lain.
b.
Semakin santun
dalam menyampaikan pendapat dan kritik kepada orang lain.
c.
Adanya
keinginan untuk selalu bergaul dengan orang lain dan bekerja sama dengan
orang lain.
d.
Suka menolong
kepada siapa yang membutuhkan pertolongan.
e.
Kesediaan
menerima sesuatu yang dibutuhkan dari orang lain.
f.
Bersikap
hormat, sopan, ramah, dan menghargai orang lain.
v.
Bahasa
Fungsi
bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi
dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang di sekitarnya. Sejak bayi manusia
telah berkomunikasi dengan dunia lain. Pengertian bahasa sebagai alat
komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan
isi pikiran kepada orang lain.
Gejala yang tampak sebagai
perkembangan pada aspek bahasa, antara lain:
a.
Bertambahnya
perbendaharaan kata.
b.
Kemahiran dan
kelancaran dalam menggunakan bahasa dengan memilih kata-kata secara tepat,
penggunaan tekanan kalimat dengan tepat, dan sebagainya.
c.
Dapat
memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk menjabarkan suatu ide atau
konsep.
d.
Dapat
memformulasikan bahas yang baik dan benar untuk meringkas ide kedalam
deskripsi singkat.
vi.
Bakat
Khusus
Bakat
merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu
yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat
berkembang dengan baik. Di dalam definisi bakat yang dikemukakan Guilford
(Sumadi: 1984), bakat mencakup tiga dimensi, yaitu (i) dimensi
perseptual, (ii) dimensi psikomotor, dan (iii) dimensi intelektual. Ketiga
dimensi itu menggambarkan bahwa bakat tersebut mencakup kemampuan dalam
pengindraan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan
bertindak, serta kemampuan berpikir inteligen.
Bakat merupakan kemampuan potensial
yang dibawa sejak lahir dan apabila ditunjang dengan fasilitas dan usaha
belajar yang minimal pun dapat mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu,
jika bakat khusus telah diketahui secara dini, usaha-usaha pendidikan dapat
dilakukun dengan mudah sehingga hasil belajar pun sangat memuaskan.
vii.
Sikap,
Nilai, dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984:
390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar dikelompokkan
menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan
nilai dan sikap (afektif), dan penguasaan psikomotorik.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnys, anak
mulai dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan
yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Menurut Piaget,
pada awalnya pengenalan nilai dan perilaku serta tindakan itu masih bersifat
“paksaan”, dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi sejalan dengan
perkembangan inteleknya, berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan
yang berlaku di dalam keluarga; dan semakin lama semakin luas sampai dengan
ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.
Gejala yang
tampak pada perkembangan nilai, moral,
dan sikap, antara lain:
a.
Terbentuknya
pandangan hidup yang semakin jelas dan tegas.
b.
Berkembangnya
pemahaman tentang apa yang baik dan seharusnya dilakukan serta apa yang
dianggap tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
c.
Berkembangnya
sikap menghargai nilai-nilai dan menaati norma-norma yang berlaku serta
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Berkembangnya
sikap menentang kebiasaan-kebiasaan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan
norma yang berlaku.
E.
KESIMPULAN
Manusia adalah
individu yang mempunyai berbagai karakteristik, yang antaranya adalah
karakteristik bawaan dan karakteristik yang di peroleh dari lingkungan.
Manusia terus
mengalami pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis,yang di alami semenjak
lahir.pertumbuhan dan perkembangan manusia di pengaruhi oleh banyak factor, antara
lain, sosial, ekonomi, dan latar belakang keluarga.
|
Sabtu, 10 Mei 2014
Perkembangan Peserta Didik ( Individu Sebagai Satu Kesatuan )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar