My Friend

Rabu, 16 Desember 2015

Karya Tulis mahasiswa berambut gondrong



BAB I PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang

Gondrong dalam artian adalah rambut panjang dan umunya adalah sebutan dari laki-laki yang memiliki rambut panjang diatas rata-rata lelaki yang pada umumnya berambut pendek. Tetapi ketika wanita berambut panjang tidak dipanggil gondrong meskipun rambutnya panjang, hal ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak pernah menyebut wanita dengan sebutan gondrong rambutnya, tetapi lebih melekat kepada laki-laki yang memiliki rambut panjang dengan sebutan gondrong.
Pada umumnya rambut yang panjang itu diidentikkan  dengan wanita, seperti sudah tertanam dalam pikiran masyarakat kita bahwa yang mempunyai kodrat berambut panjang itu adalah wanita. Umumnya seorang laki-laki dengan rambut gondrong dikatakan urakan dan dianggap bukan pria baik-baik  Sehingga jika ada laki-laki yang berambut panjang dianggap menyimpang dalam masyarakat. Menurut kamus besar Indonesia gondrong berarti “panjang karena lama tidak dipangkas, terutama bagi rambut laki-laki”.
Pada zaman dahulu lelaki dengan rambut gondrong itu biasa. Rambut, sejak lama, sudah menjadi semacam simbol status bagi berbagai bangsa di dunia ini. Di Jepang, memotong rambut berarti simbol kekalahan, Para prajurit Suku Indian memanjangkan rambut mereka, dihiasi dengan bulu burung dan manik-manik, sebagai simbol kekuatan, Rambut dapat melambangkan kekuatan, kejantanan, kemakmuran, dan kelas.
Namun menurut Reid dalam bukunya mengenai rambut dia menyimpulkan, jika kehadiran dua agama besar, yaitu Islam dan Kristen, merupakan salah satu faktor menghilangnya kebiasaan memanjangkan rambut kaum pria di Asia Tenggara selama abad ke-16 dan17. Reid menambahkan, hilangnya tradisi “gondrong” mungkin pula disebabkan proses sekularisasi yang mengait dengan proses urbanisasi. Tubuh, termasuk rambut di dalamnya, kata Reid, tak lagi dipandang sebagai sumber kekuatan magis yang mesti dibedakan secara alam hewani, melainkan sebagai sebuah sarana netral yang alamiah bagi jiwa transenden.
Perubahan pandangan tentang simbol-simbol yang dulu sering dipakai, berkelanjutan hingga saat ini. Seperti di lingkungan FKIP Unlam Banjarmasin yang menjadikan aturan bahwa seorang laki-laki tidak  diperbolehkan berambut panjang karena terlihat tidak rapi dan indah terlebih lagi FKIP adalah lingkungan pendidikan seorang guru yang akan di gugu dan tiru oleh siswanya. Di FKIP memiliki aturan bahwa mahasiswa dan mahasiswi harus berpenampilan rapi baik dari segi rambut maupun pakaian, karena untuk mencerminkan pribadi seorang guru. Namun pada kenyataannya dilingkungan FKIP Unlam Banjarmasin yang seharusnya Mahasiswa berpenampilan rapi tetapi ada saja  mahasiswa yang terihat kurang rapi dengan rambut panjangnya ,tetapi mereka terlihat percaya diri seakan tidak ada perbedaan antara mereka dan mahasiswa lainnya.
Oleh karena itu, peniliti tertarik untuk meneliti tentang laki-laki berambut panjang, khususnya untuk mengetahui latar belakng sosial yang mempengruhi mereka memanjangkan rambutnya. Berdasarkan data lapangan yang telah didapat mahasiswa FKIP Unlam jurusan Ilmu Sosial angkatan 2013 yang berambut panjang berjumlah 9 orang dari 322 mahasiswa angkatan tersebut.

1.2.  Pertanyaan

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut, yaitu :

1.2.1.Bagaimana latar belakang sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu sosial di FKIP Unlam yang memilih berambut panjang (gondrong)?



BAB II KERANGKA PEMIKIRAN


2.1.  Teori Sosialisasi

Sosialisasi adalah suatu proses yang diikuti secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi, dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas pihak yang mensosialisasi seperti telah kita ketahuidisebut aktivitas melaksanakan sosialisai, sedangkan aktivitas yang disosialisasi disebut aktivita internalisasi (Narwoko & Suyanto. 2004: 56).
Menurut Narwoko dan Suyanto (2004 : 57) Aktivitas-melaksanakan sosialisasi dikerjakan oleh person-person tertentu, yang –sadar atau tidak- dalam hal bekerja “mewakili” masyarakat. Mereka ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Person-person yang memiliki wibawa dan kekuasaan atas individu-individu yang disosialisasi. Musalnya, Ayah, ibu, Guru, Atasan, Pemimpin dan sebagainya.
  2. Person-person yang memiliki kedudukkan sederajat (kurang lebih sederajat) dengan individu-individu yang tengah disosialisasi. Misalnya, saudara sebaya, kawan sepermainan, kawan sekelas, dan sebaginya.
Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai Agen sosialisasi (agent of sosialization) atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa (Narwoko & Suyanto. 2004 : 72). Media sosialisasi yang utama adalah:
  1. Keluarga
  2. Kelompok bermain
  3. Sekolah
  4. Lingkungan kerja
  5. Media Masa

2.2.  Teori Interaksi

Interaksi sosial yang berlangsung rutin dan tindakan sosial yang dilakukan orang-orang, bagi ahli sosiologi adalah proses untuk membentuk kenyataan sosial yang perlu dipertanyakan dan dibongkar untuk kemudian merangkainya kembali dalam suatu bentuk analisis tertentu yang dapat diteliti, dan dikomunikasikan kepada orang lain, serta bisa diuji kembali kebenarannya (Narwoko&Suyanto. 2004 : 15).
Menurut Soejono Soekanto (2009), faktor yang mempengaruhi interaksi sosial ada enam macam, sebagai berikut:
1.      Imitasi
Imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum. Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan denganpandangan umum.
Contoh: banyak anak SMA mengikuti mode rambut artis dicat dan panjang bagi laki-laki.
2.      Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada oranglain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Cepat atau lambat proses sugesti tergantung padausia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik  seseorang. Sugesti dapat berupa berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak, atau media elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal.
Contoh: iklan sampo yang diperagakan oleh seorang yang seolah-olah rambutnya rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat/ tidak rontok dan tebal.
3.      Identifikasi
Identifikasi adalah kencenderungan atau keinginandalam diri seseoranguntuk menjadi sama dengan individulain yang ditiru. Orang lain yangmenjadi sasaran identifikasi disebut idola (dari kata idol yang berarti sosokyang dipuja). Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses sugestidan proses imitasi yang telah kuat.
Contoh: seorang siswa yang mengagumi gurunya, sering mengidentifikasi dirinya seperti guru yang dikaguminya.
4.      Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.Perasaan simpati dapat disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang, ataulembaga formal pada waktu khusus misalnya peringatan ulang tahun kemerdekaan RI,kenaikan kelas, atau kenaikan jabatan.Agar simpati dapat berlangsung,diperlukan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pemikiran atau isi hatinya ,sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati merupakan dasar-dasar persahabatan.
Contoh: perasaan simpati seorang perjaka terhadap gadis yang akhirnya menimbulkan perasaan cinta kasih di antara keduanya.
5.      Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksana kanapa yang dimotivasikan secara kritis,rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, individu kepada individu. Motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat,
saran, dan pertanyaan.
Contoh: penghargaan kepada siswa yang berprestasi merupakan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih.
6.      Empati
Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.
Contoh: kalau kita melihat orang lain mendapat musibah,kita seolah-olah ikut menderita.

2.3.  Teori Imitasi (Teori Peniruan)

Semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai atau melebihi) tindakan disekitarnya. Imitasi memainkan peranan yang sentral dalam transmisi kebudayaan dan pegetahuan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Tarde : 1903).
Teori imitasi yang alamiah ini dalam perkembangannya secara bertahap ditinggalkan oleh para ahli psikologi dan digantikan dengan sejumlah kerangka teoritis yang mengemukakan bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari atau diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu. Salah satu problem mengenai teori imitasi adalah berkaitan dengan “bukti” penelitian yang ternyata diperoleh dalam situasi laboratory atau study yang bersifat eksperimen. Jadi studi yang dimaksud tidak dilakukan dalam situasi kehidupan nyata.
Menurut Soerjono soekanto imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan-tindakan menyimpang.Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembanan daya kreasi seseorang. (Soejono Soekanto, 2009 : 37).


BAB III  PEMBAHASAN


3.1.  Latar belakang Mahasiswa FKIP Unlam memilih berambut panjang

3.1.1. Meniru Idola

Umumnya anak remaja ingin berusaha tampil seperti idolanya, mulai dari meniru gaya berpakaian hingga meniru gaya rambut  sang  idola. Menurut Randi Antariksa prodi Sosiologi dan Antropologi, M. Riswan Prodi Sejarah, Risky nugraha Prodi Sejarah, Rizal Ansari Prodi Sejarah mengatakan bahwa mereka memilih rambut godrong karena mengikuti gaya idolanya seperti kurt Cobain, Norman Reedus, dan Chandler Riggs yang memiliki rambut gondrong.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka terlihat faktor imitasi merupakan salah satu faktor  yang melatar belakangi seorang mahasiswa memanjangkan rambutnya. Imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru  orang lain, tindakan tersebut bisa bersifat positif maupun negatif. Tindakan tersebut dilakukan secara sadar oleh mereka dan adakalanya bertentangan dengan pandangan umum masyarakat seperti memanjangkan rambut bagi laki-laki.
Sejalan dengan pemikiran Soerjono Seokanto yang mengatakan  bahwa salah satu pengaruh    interaksi adalah Imitasi, yaitu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum. Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum.
Mahasiswa ingin meniru idolanya karena terkadang idola dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi mereka. Gaya hidup mereka seperti suatu panutan bagi para pengemar. Biasanya media masa menjadi salah satu sumber dimana mereka dapat melihat sosok yang mereka idolakan. Seperi televisi yang sering kali menampilkan berbagai keseharian para artis, pemain sepak bola, musisi dan sebagainya mulai dari keseharian mereka, gaya berpakaian hingga gaya rambut  yang kerap kali di ikuti oleh para penggemar atau para mahasiswa.

3.1.2. Identitas

Kita selalu berfikir bahwa rambut hanya lah tentang penampilan. Terutama bagi wanita, mereka mampu menghabiskan jutaan rupiah demi menjaga rambutnya tetap terlihat cantik dan panjang layaknya sebuah mahkota. Namun untuk sebagian kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode. Kaum pria mempunyai pandangan yang lebih filosofis terhadap rambut panjang.
Rambut adalah salah satu bentuk cara untuk menafsirkan karakter seseorang. Kadang status kehidupan seorang laki-laki juga terlihat dari gaya rambut. Contohnya lelaki berambut pendek sering dipandang sebagai seorang yang senang berada dibawah aturan, pekerja harian, atau karyawan. Sedangkan laki-laki berambut panjang dipandang sebagai seorang yang senang membelot, seseorang yang berjalan di daerah seni, baik itu musik maupun teater atau memiliki pandangan diluar mainstream.
Menurut M.Riswan dari Sejarah, Rusmadi dari Bahasa Inggris dan  Risky dari Sejarah, mereka memanjangkan rambut sebagai bukti aktualisasi diri bahwa mereka seorang yang pecinta dan pelaku seni yang bebas berekspresi, jadi rambut gondrong memiliki nilai seni tersendiri bagi mereka.
Rambut adakalanya menentukan atau memberikan identitas bagi mereka. Dengan rambut panjang identitas positif yang melekat pada laki-laki adalah seseorang yang berjalan di jalan seni, baik dari segi music maupun teater. Seseorang yang berjalan di jalan seni itu terbebas dari segala hal, tidak ada larangan yang mengikat. Mereka bebas untuk berkreasi semampu mereka. Identitas bebas seperti itulah yang ingin di dapatkan oleh mereka.
Menurut Bob Marley seorang seniman yang memiliki rambut gondrong adalah mereka-mereka yang memang mencintai seni, mereka yang meluapkan hasrat untuk mengadakan keindahan, gondrong bagi seorang seniman merupakan luapan emosi, atau bahkan gondrong juga merupakan keindahan, keindahan yang bukan pada gondrong semata juga ditambah dengan pakaian atau busana, dan peralatan atau perlengkaapan yang lain yang mungkin bertentangan dengan penilaian masyarakat pada umumnya.  Tapi begitulah realitasnya mereka lebih senang berambut gondrong.
Bisa memiliki rambut yang panjang atau gondrong mungkin sudah menjadi salah satu pencapaian dan membuat merasa jauh lebih keren. Seseorang yang memiliki rambut gondrong merasa lebih bebas berekspresi, bisa gonta-ganti style. dan merasa lebih bebas dengan rambut gondrongnya.
           

3.1.3. Ingin terlihat berbeda

Setiap orang pasti ingin tampil berbeda dengan orang lain. Banyak hal yang mereka lakukan untuk tampil berbeda seperti memanjangkan rambut mereka. Menurut, Munadi dari Sendratasik seorang laki-laki dengan rambut panjang merasa bahwa ia memiliki karakter yang berbeda dengan yang lain. Jika seorang laki-laki berambut pendek dan tertata rapi maka laki-laki tersebut terlihat seperti laki-laki yang taat peraturan. Namun laki-laki degan rambut panjang tidak ingin dipandang seperti itu, ia berpandangan bahwa ia tidak terikat dengan aturan apaapun serta ia merasa memiliki pandangan diluar masyarakat pada umumnya (anti mainstream).
Seseorang yang berambut gondrong mengatakan bagi saya rambut gondrong tidak ada masalah karena mereka memaknai rambut gondrong itu merupakan luapan emosi saya, dengan rambut gondrong saya melihat diri saya yang sebenarnya, karakter yang tercermin dari penampilan saya, saya orangnya keras, dan saya suka rambut gondrong. Saya memiliki persepsi bahwa kebanyakan orang tertipu dengan apa yang nampak”.
Selain itu menurut Indra dari Sendratasik, dia memiliki rambut gondrong, tetapi dia kurang memahami alasan kenapa dia berambut gondrong, dan dia hanya beranggapan rambut gondrong itu keren, dan dengan dengan rambut gondrong terlihat lebih ganteng dari pada berambut pendek. Namun menurut Rifaldi dari Sendratasik rambut gondrong itu unik dan terlihat sangar dimata orang-orang, bahkan ada juga yang beranggapan bahwa rambut gondrong itu dimata wanita terlihat lebih memiliki daya tarik.
Mereka merasa berbeda dan memilki ciri khas tersendiri yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Mereka merasa perbedaan tersebut menjadikan mereka merasa unik dan merupakan bagian dari kepribadian mereka. Keunikan tersebutlah yang membentuk diri mereka dan membuat mereka merasa lebih menonjol sebagai individu.



BAB IV KESIMPULAN

Latar belakang Mahasiswa FKIP Unlam memilih berambut panjang, yaitu:

1.      Meniru Idol, pada umumnya anak remaja ingin berusaha tampil seperti idolanya, mulai dar meniru gaya berpakaian hingga meniru gaya rambut  sang  idola. Faktor imitasi merupakan salah satu faktor  yang melatar belakangi seorang mahasiswa memanjangkan rambutnya.

2.      Identitas, rambut adakalanya menentukan atau memberikan identitas bagi mereka. Dengan rambut panjang identitas positif yang melekat pada laki-laki adalah seseorang yang berjalan di jalan seni, baik dari segi music maupun teater. Seseorang yang berjalan di jalan seni itu terbebas dari segala hal, tidak ada larangan yang mengikat. Mereka bebas untuk berkreasi semampu mereka. Identitas bebas seperti itulah yang ingin di dapatkan oleh mereka.

3.      Ingin terlihat berbeda, mereka merasa berbeda dan memilki ciri khas tersendiri yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Mereka merasa perbedaan tersebut menjadikan mereka merasa unik dan merupakan bagian dari kepribadian mereka. Keunikan tersebutlah yang membentuk diri mereka dan membuat mereka merasa lebih menonjol sebagai individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar