BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gondrong
dalam artian adalah rambut panjang dan
umunya adalah sebutan dari laki-laki yang memiliki rambut panjang diatas
rata-rata lelaki yang pada umumnya berambut pendek. Tetapi ketika wanita berambut panjang tidak
dipanggil gondrong meskipun rambutnya panjang, hal ini terlihat dalam kehidupan
sehari-hari, orang tidak pernah menyebut wanita dengan sebutan gondrong
rambutnya, tetapi lebih melekat kepada laki-laki yang memiliki rambut panjang
dengan sebutan gondrong.
Pada umumnya rambut yang
panjang itu diidentikkan dengan wanita,
seperti sudah tertanam dalam pikiran masyarakat kita bahwa yang mempunyai
kodrat berambut panjang itu adalah wanita. Umumnya seorang laki-laki dengan
rambut gondrong dikatakan urakan dan dianggap bukan pria baik-baik Sehingga jika ada laki-laki yang berambut
panjang dianggap menyimpang dalam masyarakat. Menurut kamus besar Indonesia
gondrong berarti “panjang karena lama tidak dipangkas, terutama bagi rambut
laki-laki”.
Pada zaman dahulu lelaki dengan rambut gondrong itu
biasa. Rambut, sejak lama, sudah menjadi semacam simbol
status bagi berbagai bangsa di dunia ini. Di Jepang, memotong rambut berarti simbol
kekalahan, Para
prajurit Suku Indian memanjangkan rambut mereka, dihiasi dengan bulu burung dan
manik-manik, sebagai simbol kekuatan,
Rambut dapat melambangkan kekuatan, kejantanan,
kemakmuran, dan kelas.
Namun menurut Reid dalam
bukunya mengenai
rambut dia menyimpulkan,
jika kehadiran dua agama besar, yaitu Islam dan Kristen, merupakan salah satu
faktor menghilangnya kebiasaan memanjangkan rambut kaum pria di Asia Tenggara
selama abad ke-16 dan17. Reid menambahkan, hilangnya tradisi “gondrong” mungkin
pula disebabkan proses sekularisasi yang mengait dengan proses urbanisasi.
Tubuh, termasuk rambut di dalamnya, kata Reid, tak lagi dipandang sebagai
sumber kekuatan magis yang mesti dibedakan secara alam hewani, melainkan
sebagai sebuah sarana netral yang alamiah bagi jiwa transenden.
Perubahan
pandangan tentang simbol-simbol yang dulu sering dipakai, berkelanjutan hingga
saat ini. Seperti di
lingkungan FKIP Unlam Banjarmasin yang menjadikan aturan bahwa seorang
laki-laki tidak diperbolehkan berambut
panjang karena terlihat tidak rapi dan indah terlebih lagi FKIP adalah
lingkungan pendidikan seorang guru yang akan di gugu dan tiru oleh siswanya. Di
FKIP memiliki
aturan bahwa mahasiswa dan mahasiswi harus berpenampilan rapi baik dari segi
rambut maupun pakaian, karena untuk mencerminkan pribadi seorang guru. Namun pada
kenyataannya dilingkungan FKIP Unlam Banjarmasin yang seharusnya Mahasiswa
berpenampilan rapi tetapi ada saja
mahasiswa yang terihat kurang rapi dengan rambut panjangnya ,tetapi
mereka terlihat percaya diri seakan tidak ada perbedaan antara mereka dan mahasiswa
lainnya.
Oleh karena itu, peniliti
tertarik untuk meneliti tentang laki-laki berambut panjang, khususnya untuk
mengetahui latar belakng sosial yang mempengruhi mereka memanjangkan rambutnya.
Berdasarkan data lapangan yang telah didapat mahasiswa FKIP Unlam jurusan Ilmu
Sosial angkatan 2013 yang berambut panjang berjumlah 9 orang dari 322 mahasiswa angkatan
tersebut.
1.2. Pertanyaan
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut, yaitu :
1.2.1.Bagaimana latar belakang sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Ilmu sosial di FKIP Unlam yang memilih berambut panjang (gondrong)?
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Teori Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu
proses yang diikuti secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak
yang mensosialisasi, dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi. Aktivitas
pihak yang mensosialisasi seperti telah kita ketahuidisebut aktivitas
melaksanakan sosialisai, sedangkan aktivitas yang disosialisasi disebut
aktivita internalisasi (Narwoko & Suyanto. 2004: 56).
Menurut Narwoko dan Suyanto
(2004 : 57) Aktivitas-melaksanakan sosialisasi dikerjakan oleh person-person
tertentu,
yang –sadar atau tidak- dalam hal bekerja “mewakili” masyarakat. Mereka ini
bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Person-person yang memiliki wibawa dan kekuasaan atas individu-individu yang disosialisasi. Musalnya, Ayah, ibu, Guru, Atasan, Pemimpin dan sebagainya.
- Person-person yang memiliki kedudukkan sederajat (kurang lebih sederajat) dengan individu-individu yang tengah disosialisasi. Misalnya, saudara sebaya, kawan sepermainan, kawan sekelas, dan sebaginya.
Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu
terjadi atau disebut juga sebagai Agen sosialisasi (agent of sosialization) atau sarana sosialisasi. Yang dimaksud Agen
sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima
nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu
yang kemudian menjadikannya dewasa (Narwoko & Suyanto. 2004 : 72). Media sosialisasi yang
utama adalah:
- Keluarga
- Kelompok bermain
- Sekolah
- Lingkungan kerja
- Media Masa
2.2. Teori Interaksi
Interaksi sosial yang
berlangsung rutin dan tindakan sosial yang dilakukan orang-orang, bagi ahli
sosiologi adalah proses untuk membentuk kenyataan sosial yang perlu
dipertanyakan dan dibongkar untuk kemudian merangkainya kembali dalam suatu
bentuk analisis tertentu yang dapat diteliti, dan dikomunikasikan kepada orang
lain, serta bisa diuji kembali kebenarannya (Narwoko&Suyanto. 2004 : 15).
Menurut
Soejono Soekanto (2009), faktor yang mempengaruhi interaksi sosial ada enam macam,
sebagai berikut:
1. Imitasi
Imitasi adalah proses
belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang
lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru
merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum.
Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan
denganpandangan umum.
Contoh: banyak anak SMA
mengikuti mode rambut artis dicat dan panjang bagi
laki-laki.
2. Sugesti
Sugesti adalah
pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada oranglain
dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan
dari orang-orang yang berwibawa dan mempunyai pengaruh besar di lingkungan
sosialnya. Cepat atau lambat proses sugesti tergantung padausia,
kepribadian, kemampuan intelektual, dan kemampuan fisik seseorang. Sugesti dapat berupa berbagai
bentuk sikap atau tindakan seperti perilaku, pendapat, saran,
dan pertanyaan. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak,
atau media elektronik juga merupakan salah satu bentuk sugesti
yang bersifat massal.
Contoh: iklan sampo yang
diperagakan oleh seorang yang seolah-olah rambutnya
rontok, setelah memakai sampo tersebut rambutnya menjadi kuat/ tidak
rontok dan tebal.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah
kencenderungan atau keinginandalam diri seseoranguntuk menjadi sama dengan
individulain yang ditiru. Orang lain yangmenjadi sasaran identifikasi disebut
idola (dari kata idol yang berarti sosokyang dipuja). Identifikasi
merupakan bentuk lanjut dari proses sugestidan proses imitasi yang telah kuat.
Contoh: seorang siswa yang
mengagumi gurunya, sering mengidentifikasi dirinya
seperti guru yang dikaguminya.
4. Simpati
Simpati adalah
perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa
seolah-olah berada dalam keadaan orang lain.Perasaan simpati
dapat disampaikan kepada seseorang, sekelompok orang, ataulembaga formal pada
waktu khusus misalnya peringatan ulang tahun kemerdekaan RI,kenaikan
kelas, atau kenaikan jabatan.Agar simpati dapat berlangsung,diperlukan adanya
saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang
satu terbuka mengungkapkan pemikiran atau isi hatinya ,sedangkan
pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati
merupakan dasar-dasar persahabatan.
Contoh: perasaan simpati
seorang perjaka terhadap gadis yang akhirnya menimbulkan perasaan
cinta kasih di antara keduanya.
5. Motivasi
Motivasi adalah
dorongan, rangsangan, atau stimulus yang diberikan seseorang
kepada orang lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti
atau melaksana kanapa yang dimotivasikan secara kritis,rasional, dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu
kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, individu kepada individu.
Motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat,
saran, dan pertanyaan.
saran, dan pertanyaan.
Contoh: penghargaan kepada
siswa yang berprestasi merupakan motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih.
6. Empati
Empati adalah proses
kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan
orang lain baik suka maupun duka.
Contoh: kalau kita melihat
orang lain mendapat musibah,kita seolah-olah ikut menderita.
2.3. Teori Imitasi (Teori Peniruan)
Semua orang memiliki kecenderungan
yang kuat untuk menandingi (menyamai atau melebihi) tindakan disekitarnya.
Imitasi memainkan peranan yang sentral dalam transmisi kebudayaan dan
pegetahuan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Tarde : 1903).
Teori imitasi yang alamiah ini
dalam perkembangannya secara bertahap ditinggalkan oleh para ahli psikologi dan
digantikan dengan sejumlah kerangka teoritis yang mengemukakan bahwa
kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari atau
diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang melakukan peniruan
terhadap perilaku tertentu. Salah satu problem mengenai teori imitasi adalah
berkaitan dengan “bukti” penelitian yang ternyata diperoleh dalam situasi
laboratory atau study yang bersifat eksperimen. Jadi studi yang dimaksud tidak
dilakukan dalam situasi kehidupan nyata.
Menurut Soerjono soekanto imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya,
yang ditiru
adalah tindakan-tindakan menyimpang.Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan
atau bahkan mematikan pengembanan daya kreasi seseorang. (Soejono Soekanto, 2009 : 37).
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Latar belakang Mahasiswa FKIP Unlam memilih berambut panjang
3.1.1. Meniru Idola
Umumnya anak remaja ingin berusaha tampil
seperti idolanya, mulai dari meniru gaya berpakaian hingga meniru gaya
rambut sang idola. Menurut Randi Antariksa prodi
Sosiologi dan Antropologi, M. Riswan Prodi Sejarah, Risky nugraha Prodi Sejarah,
Rizal Ansari Prodi Sejarah mengatakan bahwa mereka memilih rambut godrong
karena mengikuti gaya idolanya seperti kurt Cobain, Norman Reedus, dan Chandler
Riggs yang memiliki rambut gondrong.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka
terlihat faktor imitasi merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi seorang mahasiswa
memanjangkan rambutnya. Imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain, tindakan tersebut bisa bersifat
positif maupun negatif. Tindakan tersebut dilakukan secara sadar oleh mereka
dan adakalanya bertentangan dengan pandangan umum masyarakat seperti
memanjangkan rambut bagi laki-laki.
Sejalan dengan pemikiran Soerjono Seokanto yang
mengatakan bahwa salah satu pengaruh interaksi adalah Imitasi,
yaitu proses
belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang
lain. Imitasi dapat berakibat positif bila yang ditiru
merupakan individu-individu baik menurut pandangan umum.
Tetapi imitasi juga bisa bersifat negatif jika individu yang ditiru berlawanan
dengan pandangan umum.
Mahasiswa ingin meniru idolanya karena
terkadang idola dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi mereka. Gaya hidup
mereka seperti suatu panutan bagi para pengemar. Biasanya media masa menjadi
salah satu sumber dimana mereka dapat melihat sosok yang mereka idolakan.
Seperi televisi yang sering kali menampilkan berbagai keseharian para artis,
pemain sepak bola, musisi dan sebagainya mulai dari keseharian mereka, gaya
berpakaian hingga gaya rambut yang kerap
kali di ikuti oleh para penggemar atau para mahasiswa.
3.1.2. Identitas
Kita
selalu berfikir bahwa rambut hanya lah tentang penampilan. Terutama bagi
wanita, mereka mampu menghabiskan jutaan rupiah demi menjaga rambutnya tetap
terlihat cantik dan panjang layaknya sebuah mahkota. Namun untuk sebagian kaum
pria, rambut lebih dari sekedar mode. Kaum pria mempunyai pandangan yang lebih
filosofis terhadap rambut panjang.
Rambut
adalah salah satu bentuk cara untuk menafsirkan karakter seseorang. Kadang
status kehidupan seorang laki-laki juga terlihat dari gaya rambut. Contohnya
lelaki berambut pendek sering dipandang sebagai seorang yang senang berada
dibawah aturan, pekerja harian, atau karyawan. Sedangkan laki-laki berambut
panjang dipandang sebagai seorang yang senang membelot, seseorang
yang berjalan di daerah seni, baik itu musik maupun teater atau memiliki pandangan diluar mainstream.
Menurut
M.Riswan dari Sejarah, Rusmadi dari Bahasa Inggris dan Risky dari Sejarah, mereka memanjangkan
rambut sebagai bukti aktualisasi diri bahwa mereka seorang yang pecinta dan
pelaku seni yang bebas berekspresi, jadi rambut gondrong memiliki nilai seni
tersendiri bagi mereka.
Rambut adakalanya menentukan atau
memberikan identitas bagi mereka. Dengan rambut panjang identitas positif yang
melekat pada laki-laki adalah seseorang yang berjalan di jalan seni, baik dari
segi music maupun teater. Seseorang yang berjalan di jalan seni itu terbebas
dari segala hal, tidak ada larangan yang mengikat. Mereka bebas untuk berkreasi
semampu mereka. Identitas bebas seperti itulah yang ingin di dapatkan oleh
mereka.
Menurut Bob Marley seorang
seniman yang memiliki rambut gondrong adalah mereka-mereka yang memang
mencintai seni, mereka yang meluapkan hasrat untuk mengadakan keindahan,
gondrong bagi seorang seniman merupakan luapan emosi, atau bahkan gondrong juga
merupakan keindahan, keindahan yang bukan pada gondrong semata juga ditambah
dengan pakaian atau busana, dan peralatan atau perlengkaapan yang lain yang
mungkin bertentangan dengan penilaian masyarakat pada umumnya. Tapi begitulah realitasnya mereka lebih
senang berambut gondrong.
Bisa memiliki rambut yang
panjang atau gondrong mungkin sudah menjadi salah satu pencapaian dan membuat
merasa jauh lebih keren. Seseorang
yang memiliki rambut gondrong merasa lebih bebas
berekspresi, bisa gonta-ganti style. dan merasa lebih bebas dengan rambut gondrongnya.
3.1.3. Ingin terlihat berbeda
Setiap orang pasti
ingin tampil berbeda dengan orang lain. Banyak hal yang mereka lakukan untuk
tampil berbeda seperti memanjangkan rambut mereka. Menurut, Munadi dari Sendratasik seorang laki-laki dengan rambut panjang merasa bahwa ia memiliki karakter
yang berbeda dengan yang lain. Jika seorang laki-laki berambut pendek dan
tertata rapi maka laki-laki tersebut terlihat seperti laki-laki yang taat
peraturan. Namun laki-laki degan rambut panjang tidak ingin dipandang seperti
itu, ia berpandangan bahwa ia tidak terikat dengan aturan apaapun serta ia
merasa memiliki pandangan diluar masyarakat pada umumnya (anti mainstream).
Seseorang yang berambut
gondrong mengatakan “bagi saya rambut gondrong tidak ada masalah karena mereka memaknai rambut gondrong itu
merupakan luapan
emosi saya, dengan
rambut gondrong saya melihat diri saya yang sebenarnya, karakter yang tercermin
dari penampilan saya, saya
orangnya keras, dan saya suka rambut gondrong. Saya memiliki persepsi bahwa
kebanyakan orang tertipu dengan apa yang nampak”.
Selain itu menurut Indra dari Sendratasik, dia memiliki rambut gondrong, tetapi dia kurang memahami alasan kenapa dia berambut gondrong, dan dia
hanya beranggapan rambut gondrong itu keren, dan dengan dengan rambut gondrong terlihat lebih ganteng dari pada
berambut pendek. Namun menurut Rifaldi dari
Sendratasik rambut gondrong itu unik dan terlihat sangar dimata
orang-orang, bahkan ada juga yang beranggapan bahwa rambut gondrong itu dimata
wanita terlihat lebih memiliki daya tarik.
Mereka merasa berbeda dan memilki
ciri khas tersendiri yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Mereka merasa
perbedaan tersebut menjadikan mereka merasa unik dan merupakan bagian dari
kepribadian mereka. Keunikan tersebutlah yang membentuk diri mereka dan membuat
mereka merasa lebih menonjol sebagai individu.
BAB IV KESIMPULAN
Latar belakang Mahasiswa FKIP Unlam memilih berambut panjang, yaitu:
1. Meniru Idol, pada umumnya anak remaja ingin berusaha tampil seperti idolanya, mulai dar meniru gaya berpakaian hingga meniru gaya rambut sang idola. Faktor imitasi merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi seorang mahasiswa memanjangkan rambutnya.
2. Identitas, rambut adakalanya menentukan atau memberikan identitas bagi mereka. Dengan rambut panjang identitas positif yang melekat pada laki-laki adalah seseorang yang berjalan di jalan seni, baik dari segi music maupun teater. Seseorang yang berjalan di jalan seni itu terbebas dari segala hal, tidak ada larangan yang mengikat. Mereka bebas untuk berkreasi semampu mereka. Identitas bebas seperti itulah yang ingin di dapatkan oleh mereka.
3. Ingin terlihat
berbeda, mereka merasa berbeda dan
memilki ciri khas tersendiri yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Mereka
merasa perbedaan tersebut menjadikan mereka merasa unik dan merupakan bagian
dari kepribadian mereka. Keunikan tersebutlah yang membentuk diri mereka dan
membuat mereka merasa lebih menonjol sebagai individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar